Investor Kesampingkan Ketegangan Geopolitik, Minyak Berjangka Turun Tipis
Wednesday, April 17, 2024       04:03 WIB

Ipotnews - Harga minyak turun tipis, Selasa, setelah hambatan ekonomi menekan sentimen investor, membatasi keuntungan dari ketegangan geopolitik dengan fokus pada Israel dan respons yang tertunda terhadap serangan Iran atas wilayah Israel, akhir pekan lalu.
Minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak pengiriman Juni, patokan internasional, ditutup melemah 8 sen, atau 0,09% menjadi USD90,02 per barel, demikian laporan  Reuters,  di Houston, Selasa (16/4) atau Rabu (17/4) pagi WIB.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate untuk kontrak pengiriman Mei, turun 5 sen, atau 0,06% menjadi USD85,36 per barel.
Serangkaian data mengecewakan yang menunjukkan inflasi yang lebih kuat dari perkiraan berarti Federal Reserve kemungkinan akan membutuhkan lebih banyak waktu daripada yang diperkirakan sebelumnya untuk yakin bahwa inflasi berada di jalur menuju 2%, kata Chairman Fed Jerome Powell, Selasa.
"Data terbaru jelas tidak memberi kita keyakinan yang lebih besar, dan malah menunjukkan bahwa kemungkinan akan memakan waktu lebih lama dari yang diprediksi untuk mencapai keyakinan tersebut," kata Powell dalam sebuah acara yang diadakan di The Wilson Center, Washington.
"Kenaikan suku bunga mematikan pasar, karena tampaknya the Fed terjebak dalam lumpur, sementara perekonomian terus mengalami inflasi," kata Tim Snyder, ekonom Matador Economics.
Di sisi pasokan, Brent mencapai USD92,18, Jumat, level tertinggi sejak Oktober di tengah kekhawatiran Iran akan menanggapi serangan Israel pada 1 April atas kompleks kedutaan besarnya di Damaskus. Namun harga minyak melemah, Senin, setelah serangan balik Iran terhadap Israel, akhir pekan lalu, terbukti tidak terlalu merusak dibandingkan perkiraan.
"Sejauh ini, pasar tampak lebih bullish terhadap meningkatnya ketegangan, dan optimistis bahwa respons Israel akan terkendali, dan perang habis-habisan akan dihindari," kata Matthew Ryan, analis Ebury.
Menteri Keuangan Amerika Janet Yellen mengatakan AS bermaksud menjatuhkan sanksi baru kepada Iran dalam beberapa hari mendatang karena serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel, dan tindakan ini dapat mengurangi kapasitas Iran untuk mengekspor minyak.
Kabinet perang Israel akan bertemu untuk kali ketiga dalam tiga hari, Selasa, kata seorang pejabat, untuk memutuskan tanggapan terhadap serangan Iran, di tengah tekanan internasional untuk menghindari eskalasi konflik di Timur Tengah.
Namun pertemuan ketiga itu ditunda hingga Rabu, karena sekutu Barat mempertimbangkan sanksi baru yang cepat terhadap Teheran untuk membantu mencegah Israel melakukan eskalasi besar-besaran.
"Perkembangan lebih lanjut mengenai pembalasan dapat meningkatkan premi risiko minyak, terutama mengingat posisi Iran sebagai produsen terbesar ketiga OPEC ," kata Fiona Cincotta, analis City Index.
Iran memproduksi lebih dari 3 juta barel minyak mentah per hari sebagai produsen utama dalam Organisasi Negara Eksportir Minyak.
Iran akan menanggapi tindakan apa pun yang bertentangan dengan kepentingannya, kata Presiden Ebrahim Raisi seperti dilaporkan Iranian Student News Agency, sehari setelah Israel memperingatkan akan menanggapi serangan pesawat tak berawak dan rudal Teheran.
Investor juga menunggu data mingguan stok minyak AS dari American Petroleum Institute (API), yang dirilis Selasa petang.
Stok minyak mentah AS diprediksi meningkat minggu lalu, sementara bensin dan sulingan kemungkinan berkurang, menurut jajak pendapat  Reuters , Selasa. (ef)

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM